KITA ATAU WAKTU YANG SALAH? – Daily Sastra

KITA ATAU WAKTU YANG SALAH?

Hembusan angin yang tercium manja oleh kabut yang tak berhenti menghamparkan sejuknya. Seperti semestinya. Hidup berjalan layaknya manusia pada umumnya. Aku yang dibelenggu oleh segudang aktivitas yang tak pernah larut oleh waktu dan tekanan. Ya, itulah aku. Mahasiswa semester satu yang masih gagu akan kesibukan perkuliahan. Dengan karakterku yang serba ingin tahu, aku memutuskan untuk bergabung ke dalam organisasi BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa ).

Sikap yang ego, kekanak-kanakkan, memikirkan diri sendiri, dan mungkin rasa cinta. Kemungkinan dapat kusingkirkan terlebih dahulu. Karena sejatinya, trauma dalam mengarungi dunia percintaan masih saja menghantuiku.

“Vi, makna cinta sebenarnya itu apa? mengapa rata-rata resiko dalam mencinta itu sangat tragis dan menderita. Padahal jika melihat kisah orang lain terlihat sangatlah indah dan sempurna. Apakah itu sangat rancu, vi?”

“ Kau akan dapat memahami makna cinta, jika cintamu telah ditangguhkan oleh seseorang yang tepat, dan kamu belum menemukan sosok itu dalam hidupmu, bersabarlah,”

“ Mati rasalah yang menjadi dampaknya vi, terjerembab dengan berbagai masalah yang sebenarnya itu adalah efek trauma yang sebelumnya kuterima. Orang lainlah yang menjadi sasarannya, padahal dia bukan pelakunya.”

Perdebatan semakin panjang dan lama. Mengetahui jika Anin merupakan orang yang sangat analitis, perfeksionis, dan ingin tahu. Menjadi sahabatnya, perlu penjelasan yang lebih logis dan terperinci tentunya.

Mencintai seseorang yang tidak tepat dari beberapa segi. Salah satunya ialah dalam segi waktu. Aku salah dalam memilih waktu untuk sekedar singgah yang sebenarnya aku sangatlah ingin bersungguh-sungguh.

Mencoba membalut luka yang terlihat menganga, terbuka, dan lara. Aku mencoba masuk, aku memaksa untuk mengetuk pintu. Padahal pintu itu sepenuhnya belum terbuka.

“ Aku mencoba untuk mencintai ratu lain, tapi aku tidak bisa membohongi naluriku sendiri, Nin. Aku memang pengecut yang masih terbaring lemah dalam balutan luka yang kupaksa sendiri untuk berpura-pura bahagia di sampingmu, maafkan aku.”

Mendengar kata yang diulurkan padaku. Jujur, sakit. Tapi itulah kejujuran, harus diungkap walaupun terasa menyayat. Semenjak kata itu keluar di bibirnya, hati dan logikaku berbalik arah.

“ Sebenarnya, aku yang salah. Aku terlalu lengah untuk membuka celah rasa untuk hinggap di kehidupan kita. Padahal aku tahu, kenangan dan rasanya masih terasa kuat untuk kau coba lepaskan. Tapi, ketahuilah. Aku masih menyimpan secuil kenangan yang tidak sempurna ini.”

Bagaikan matahari dan bagaskara, kini aku hanya bisa menilik rembulan pada sampan yang terombang-ambing oleh ombak keragu-raguan. Suara yang dulu sangatlah ramah di telinga, kini hanya menjadi sebuah wacana.

Sekian.

Daily Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099